April 16, 2013

Merano, another city of flowers


Jika ada satu kota yang membuatku bahagia, maka bisa dipastikan salah satunya adalah Kota Merano. Kota kecil yang terletak di salah satu lembah pegunungan di daerah Süd Tirol (South Tyrol), Italia. Kota ini cukup unik karena menggunakan dua bahasa pengantar yaitu Bahasa Jerman dan Bahasa Italia. Hal ini terkait dengan sejarah panjang di masa lalu dimana pada suatu masa daerah ini pernah menjadi bagian dari Austria, akan tetapi kemudian terlepas dan sampai saat ini menjadi bagian dari negara Italia. Penduduknya menurutku masih menganut gaya hidup Austria. Di pusat kota dapat dijumpai beberapa poster berbahasa Jerman yang bertulisakan: Süd Tirol ist nicht Italien yang artinya daerah Süd Tirol bukanlah Italia. Mungkin saja pernyataan ini dibuat oleh mereka yang (masih) menginginkan daerah Süd Tirol ini menjadi bagian dari negara Austria. Akan tetapi sangat mudah menjangkau tempat ini karena bisa menggunakan kereta dari Austria dan juga dekat dengan kota-kota besar lain di Italia seperti Verona dan Venezia. Mungkin membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam lamanya. Di kota ini, salah satu atraksi yang menarik adalah taman Trauttmansdorf yang juga mendapatkan pernghargaan sebagai salah satu taman terbaik tahun 2013 di seluruh dunia. Letaknya agak di atas bukit dan bisa dijangkau menggunakan bis dari pusat kota Merano. Sungai kecil membelah kota, menjadikan pinggiran sungainya dapat dijadikan sebagai salah satu fasilitas umum berupa taman-taman nan cantik, terlebih di musim semi dan musim panas dimana tentu saja akan banyak bunga bermekaran.

Berikut beberapa foto yang menggambarkan kecantikan kota Merano :)


Ini dia sungai yang membelah kota

Bunga dimana-mana

Up closed

Taman di depan Gedung Kurhaus

Taman yang cantik bukan?

Salah satu sudut taman

Penggambaran Kota Merano dalam lukisan

Pastaaaaa

Salah satu bangunan dengan arsitektur menawan

Masih terlihat salju di puncak gunung

Menikmati matahari

Oleh-oleh dari Merano


January 14, 2013

Turkey Trip: Terima kasih Naseer

Naseer, dia adalah seorang anak yang sangat pintar. Kami mengenalnya sewaktu mengunjungi Grand Bazaar. Hari itu hari Sabtu, dan dia bercerita bahwa dia ikut membantu pamannya berjualan di Bazaar setiap hari Sabtu, saat libur sekolah. Senin-Jumat dia harus sekolah, sedangkan hari Minggu Bazaar tutup. Dia berkata kepada kami, kalau mau bertemu dia lagi, kami harus datang di hari Sabtu. Pagi menjelang siang kali itu, aku mengajak Ayu untuk masuk ke Grand Bazaar. Aku sendiri sudah pernah melongok ke dalam sini sewaktu transit di istanbul tahun 2011. Kami masuk dari pintu utama di depan halte tram Beyazit. Begitu masuk, mata akan dimanjakan dengan kilauan warna warni berbagai macam barang yang dijual di dalam pasar ini. Mulai dari aksesoris wanita, berbagai macam sulaman khas Istanbul dalam bentuk sarung bantal kecil hingga besar, taplak meja, dan sprei. Tak ketinggalan lampu beraneka macam warna yang disebut dengan ‘Japanese lamp’. Entah kenapa mereka menyebutnya begitu, apa mungkin memang asal usul lampu ini dari negeri sakura? Entahlah. Tapi soal harga, yang di jual di dalam Grand Bazaar cenderung lebih mahal dibanding tempat lain. Misalnya saja kami pernah beli gantungan kunci seharga 1 TL di luar Grand Bazaar, tapi harga didalam bisa jadi 5 TL lho. Apa mungkin karena kalau di dalam mereka harus sewa tempat ya? Masuk akal juga sih.

Nah, di antara kekaguman kami melihat-lihat isi di dalam Grand Bazaar, tanpa sengaja kami melihat sosok Naseer. Dia sedang berdiri di depan toko pamannya yang menjual berbagai macam souvenir berupa kaos dengan berbagai ukuran. Kamipun mendekatinya dan pada waktu itu memang berniat membelikan kaos kecil untuk beberapa anak dari teman-teman di Innsbruck. Jadilah kami tertegun begitu disapa oleh Naseer, karena bahasa Inggris nya sangat lancar dengan artikulasi yang baik. Dia pun mempersilahkan kami masuk untuk melihat-lihat koleksi kaos yang mereka jual. Sembari memilih, kamipun mengobrol dan aku tentu saja tidak bisa tidak bertanya dan memuji baha Inggrisnya yang begitu bagus. Dia bercerita, bahasa inggris merupakan pelajaran favoritnya di sekolah dan selalu mendapat nilai bagus. Salah satu alasan dia ikut berjualan bersama pamannya adalah untuk mempraktikkan kemampuan bicaranya. Menurutku hal itu sangat membantu dan merupakan ide yang cerdas, terbukti dengan kemampuannya berbicara saat kami bertemu. Setelah selesai dia mengantarkan kami keluar toko dan berkata: "sampai jumpa lagi". Semoga suatu hari kita bisa berjumpa kembali ya. Terima kasih Naseer :)

Satu-satunya foto Naseer (kiri) yang aku punya

January 05, 2013

Turkey Trip: Pamukkale

Pamukkale merupakan salah satu tujuan wisata ternama di Turki yang masuk ke dalam daftar ”UNESCO World Heritage Site”. Atraksi yang menarik banyak wisatawan untuk datang adalah reruntuhan kota Hieropolis dan Travertines. Travertines ini berbentuk bukit dengan panjang igir kurang lebih 3 km dan membentang menuruni bukit dengan ketinggian 160 m yang terbentuk dari mineral karbonat hasil pengendapan dari mata air panas yang membentuk teras-teras. Terdapat 17 mata air panas di daerah ini dengan suhu yang berkisar antara 35-100 derajat Celsius. Saat ini kesemua sumber mata air panas tersebut dikelola dengan baik oleh pemerintah setempat sehingga tera-teras travertin ini tetap terjaga.


Salah satu sumber mataair panas
Travertine ini dibagi menjadi tiga bagian pengairan dengan jadwal yang berbeda-beda. Jadi tidak setiap hari teras-teras tersebut dialiri oleh air panas. Hal ini untuk menjaga keseimbangan pengendapan karbonat, karena jika terlalu lama tergenang air maka endapannya tidak lagi berwarna putih tapi cenderung kekuningan. Maka itulah dibuat jadwal pengairan semacam ini. Sewaktu kami datang kesana, bagian yang dialiri adalah bagian paling timur. Sedangkan bagian tengah dan utara sedang kosong alias tidak dialiri.

Teras-teras travertine
Sepatu harus dilepas ketika akan memasuki areal travertine
Hierapolis sendiri adalah reruntuhan kota Yunani-Romawi kuno yang terletak di perbukitan bagian atas teras-teras travertine. Terdapat beberapa bagian utama salah satunya yaitu Necropolis (City of Death) yang merupakan areal pemakaman. Ada empat jenis bangunan makam yaitu makam sederhana, sarcophagus, tumuli (membulat) dan makam keluarga. Bagian lain adalah teater, pemandian umum, WC umum, perpustakaan, dan beberapa candi.


Bagian dari Necropolis
Penjelasan tentang kota Hierapolis
Jenis makam keluarga

Kami sampai di tempat ini pagi hari sekitar pukul 07.30 setelah menumpang bis malam dari Goreme. Perjalanan dari Goreme ke Pamukkale membutuhkan kurang lebih 11 jam. Sebenarnya bis ini tujuan akhirnya adalah Kota Denizli yang berjarak tidak terlalu jauh dengan Pamukkale, maka dari sebelum sampai Denizli kami turun dari bis dan pindah ke mobil jemputan yang lebih kecil untuk bisa sampai di Pamukkale. Hanya butuh waktu 10 menit dari pemberhentian bis ke Desa Pamukkale ini.

Bis malam, tampak dari luar